Strategi perjuangan yang dimaksud
di sini merupakan gerakan-gerakan riil yang sesuai dengan basisnya. Harapannya,
strategi gerakan ini menjadi pintu pembuka agar nilai-nilai yang ada dalam IPM
bisa segera dijalankan oleh para pelajar di tingkat sekolah. Dengan strategi
ini, IPM bisa menanamkan nilai-nilai perjuanganya kepada para kader dan
anggotannya.
Strategi
itu antara lain adalah strategi gerakan keislaman, strategi gerakan kader,
strategi gerakan intelektual, strategi gerakan budaya, strategi gerakan
kewirausahaan, dan strategi gerakan kemasyarakatan. Berikut ini akan dijelaskan
secara konkrit.
1.
STRATEGI
GERAKAN KEISLAMAN
IPM adalah
gerakan Islam yang menegakkan nilai-nilai tauhid di muka bumi ini. Nilai-nilai tauhid
yang telah diperjuangan oleh para nabi sejak Nabi Adam AS hingga Muhammad SAW.
Tauhid yang berisi ajaran amar ma’ruf (humanisasi dan emansipasi), nahi munkar
(liberasi/pembebasan) dan tu’minuna billah spiritualisasi). Tiga nilai itulah
yang menjadi dasar bagi IPM untuk menjadikan Islam sebagai agama yang transformatif,
agama yang transformatif, agama yang kritis terhadap realitas sosial,
pro-perubahan, anti-ketidakadilan, anti
penindasan, anti-pembodohan serta memihak pada nilai-nilai kemanusiaan.
Singkatnya, itulah yang dinamakan Islam transformatif yang menjadi cara pandang
IPM dalam berjuang dan harus tertanam kuat pada setiap diri kader IPM.
Untuk mewujudkan
IPM menjadi gerakan kritis, maka strategi keislaman yang harus kita bangun
adalah Islam yang dinamis. Intelegensi Islam transformatif dalam diri kader dan
gerakan menjadi syarat mutlak. Semakin kader memahami apa itu Islam
transformatif, maka semakin radikal (mendalam) pula pemahaman mereka dalam
merealisasikan gerakan kritis IPM di ranah perjuangan. Selama kader-kader kita
belum memahami apa itu Islam transformatif, maka selama itu pula gerakan kritis
IPM akan mengalami stagnasi. Karena pemahaman Islam transformatif merupakan
dari bagi terbangunnya ideologi gerakan kritis IPM. Untuk membentuk ideologi
tersebut diperlukan beberapa tahap:
a. Membangun
tradisi pengkajian Islam berparadigma kritis transformatif.
b. Mendistribusikan
wacana Islam transformatif secara massif di internal kader di seluruh struktur.
c. Membuat
public share (ruang publik) sebagai
forum dialektika pengetahuan, pemahaman,
praktek keberislaman transformatif antar kaderbaik dalam bentuk pengajian,
diskusi rutin, atau di ruang maya (internet).
2.
STRATEGI
GERAKAN KADER
IPM adalah
gerakan kader. Maka kaderisasi merupakan tugas utama IPM dan juga sebagai media
internalisasi nilai-nilai gerakan pada setiap kader. Tanpa adanya kaderisasi,
maka menjadi faktor utama lemahnya gerakan. Denga adanya kaderisasi yang
disiplin, sistematik, dan berorientasi futuristik diharapkan mampu menjawab
tantangan zaman yang semakin kompleks. Dalam kaderisasi yang ideal inilah
nilai-nilai ajaran Islam kritis transformatif dapat terus ditanamkan. Untuk
merealisasikan tujuan ideal di atas maka dibutuhkan strategi gerakan, yaitu:
a. Disiplin
menerapkan pengkaderan dalam setiap tingkatan.
b. Memperbanyak
aktifitas-aktifitas perkaderan, baik yang bersifat formal maupun informal.
c. Melakukan
pendampingan intensif terhadap kader-kader.
d. Memberi
wadah aktualisasi potensi bagi para kader sesui dengan minat dan bakat.
3.
STRATEGI
GERAKAN INTELEKTUAL
Karakter
intelektual mempunyai ciri berfikir dan bertindak secara ilmu-iman-amal,
iman-ilmu-amal, amal-ilmu-iman secara dialektis. Tidak memandang remeh salah
satu diantara ketiga dimensi tersebut (ilmu-iman-amal), tetapi memandang
ketiganya sebagai satu kesatuan yang saling melengkapi dan harus dimiliki oleh
setiap kader. Kader yang mampu mendialektikan ketiga dimensi itu dalam ranah
perjuangan dapat kita sebut sebagai intelektual kritis transformatif. Yaitu
kader yang bukan hanya pandai berteori atau shaleh ritual atau melakukan
kerja-kerja teknis organisatoris, tapi kader yang mempunyai wacana pemikiran
radikal (mendalam), juga shaleh sosial dan partisipasi aktif mewujudkan
perubahan sosial. Kader-kader yang mempunyai ciri-ciri seperti inilah yang
nantinya mampu menjadi pelopor gerakan kritis-transformatif.
Untuk mewujudkan
kader yang mempunyai ciri intelektual kritis-transformatif, maka IPM memerlukan
sebuah strategi intelektual. Strategi intelektual ini dapat kita wujudkan
dengan berbagai cara, antara lain:
a.
Mentradisikan membaca
sebagai aktifitas wajib belajar.
b.
Melatih berfikir
filosofis atau radikal (mendalam)
c.
Menulis sebagai media
untuk menuangkan ide-ide yang ada di dalam pikiran.
d.
Membuat ruang
dialektika, diskusi, dan sharing sebagai media berlatih berfikir dan bertindak
kritis.
e.
Merealisasikan
pemikiran dalam sebuah tindakan serta merefleksikannya sebagai langkah untuk
menteorisasikan kembali pengalamn-pengalaman lapangan yang diperolehnya.
Denga
menerjemahkan strategi itu, maka niscaya tradisi intelektual kritis di
lingkungan IPM akan terbangun. Tradisi intelektual kritis inilah yang akan
mempercepat terwujudnya pelajar yang cinta akan ilmu.
4.
STRATEGI
GERAKAN BUDAYA
Sebagai gerakan pelajar, IPM pun harus
mampu membangun tradisi kebudayaan yang kritis-transformatif. Budaya
kritis-transformatif adalah budaya yang disemangati oleh nilai-nilai amar
ma’ruf, nahi munkar, dan tu’minuna billah. Budaya terbentuk dari tiga unsur; 1)
Sistem ide, gagasan, dan pemikiran 2) Sistem tindakan dan 3) Sistem artefak.
Ketiga unsur itu merupakan satu kesatuan dan kesatuan itu harus
merepresentasikan nilai-nilai transformatif.
Seni merupakan jenis budaya yang cukup
strategis untuk dikembangkan di kalangan pelajar serta dijadikan sebagai
alatperjuangan bagi IPM. Seni yang mampu membangun kritisme terhadap realitas
sosial, menyuarakan kepedihan penindasan dan ketidakadilan, membangun semangat
perlawanan terhadap kedhaliman, serta seni yang mampu menghadirkan Tuhan yang
berjuang bersama untuk menegakkan nilai-nilai kemanusiaan. Nilai-nilai seni
tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk karya lagu, puisi,cerpen, novel, drama
teater, lukisan, poster, kaos, karikatur, monolog dan sebagainya yang tidak
bertentangan dengan nilai-nilai keislaman.
Untuk mewujudkan seni yang kritis
dibutuhkan kader-kader yang secara serius mengelutinya. Mereka inilah yang
nantinya bertanggungjawab membangun counter culture terhadap hegemoni budaya
kapitalis. Membuat genre baru tentang kebudayaan yang kritis. Tapi yang menjadi
perhatian kita adalah, bahwa selama ini kita belum mampu memproduksi
artefak-artefak seni budaya yang dikenal dan cukup mempengaruhi masyarakat atau
bahkan gerakan kita sendiri. Karena itu, strategi budaya yang dapat kita
lakukan adalah:
a. Mmebangun
komunitas seni-budaya yang bernuansa kritis.
b. Memproduksi
artefak-artefak seni dan budaya dalam berbagai hal (lagu, puisi, cerpen,
karikatur, lukisan, kaos, poster, pin, sticker,dll) yang isinya bermuatan
nilai-nilai kritis.
c. Mendistribusikan
bentuk-bentuk seni dan budaya lokal secara massif di kalangan pelajar.
d. Apresiasi
terhadap artefak-artefak tersebut baik untuk kader-kader kita maupun orang
lain.
Dengan
melakukan tiga hal itu insya Allah kita akan mampu membangun subkultur baru ala
IPM yang kritis mencerahkan.
5.
STRATEGI
GERAKAN KEWIRAUSAHAAN
Salah satu bentuk dari kemandirian
gerakan IPM adalah adanya keterampiulan pada bidang tertentu. Hal ini sebagai
bekal kader IPM ke depan maupun organisasi IPM itu sendiri. Dengan bekal
kemandirian inilah, IPM mampu mencetak kader yang memiliki bekal mandiri di
hidupnya yang akan datang. Kemandirian itu diwujudkan dalam bidang
kewirausahaan.Kita masih ingat, kelahiran Muhammadiyah karena para pedagang
yang sukses. KHA Dahlan pun seorang pedagan. Karena itu, sejak dibangku
sekolah, IPM harus mencetak para kader yang memiliki kemndirian dalam hidup.
Karena itu, ada beberapa strategi yang
harus dicapai dalam strategi gerakan kewirausahaan ini:
a. Menghidupkan
dan menumbuhkembangkan koperasi sekolah yang dikelola oleh siswa/IPM ranting
sekolah.
b. Mengadakan
forum-forum diskusi tentang dunia kewirausahaan sebagai bekal dan modal dalam
berusaha di masa yang akan datang.
c. Melakukan
kunjungan-kunjungan ke pusat-pusat pemberdayaan ekonomi, agar para siswa mampu
belajar kepada perusahaan-perusahaan tersebut.
6.
STRATEGI
GERAKAN KEMASYARAKATAN
Sebagai salah satu gerakan sosial, IPM
bercita-cita mengangkat harkat dan martabat manusia (khususnya pelajar) dalam
kondisi yang lebih manusiawi, adil, damai, dan sejahtera. Apabila ada
dehumanisasi, ketidakadilan, diskriminasi, penindasan, dan pembodohan. IPM akan
bersuara lantang dan maju ke depan untuk melakukan perubahan, baik itu dengan
penyadaran, pendampingan, pemberdayaan, maupun perlawanan.
Realitas kedhaliman di bumi ini semakin
hari semakin canggih dan tidak kita sadari kehadirannya. Karena itu, IPM harus
kritis dalam membaca segala bentuk kedhaliman dalam realitas ini. Bagaiman agar
IPM kritis terhadap realitas?
a. Terlibat
aktif bersama rakyat dalam pergulatan sosial untuk menemukan problem sosial.
b. Mampu
membaca dan mengenali stakeholders (pihak-pihak yang terkait dalam masyarakat)
sehingga IPM bisa memetakan posisinya.
c. Dapat
menjelaskan relasi/ hubungan yang terjadi dalam stekeholders dan realitas
sosial tersebut, apakah ada yang dirugikan atau ada yang diuntungkan? Ada yang
ditindas-ada yang menindas? Kalau relasi timpang itu terjadi apa yang harus
dilakukan IPM?
d. Melakukan
pendidikan politik bagi pelajar secara massif, khususnya tentang apa itu negara
apa tujuannya, serta relasinya dengan rakyat dalam perbincangan politik.
e. Merespon
wacan-wacana politik kontemporer dalam perspektif politik advokatif.
f. Melakukan
aksi-aksi advokatif untuk memperjuangkan kepentingan rakyat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar