Musik

Jumat, 31 Januari 2014

STRATEGI GERAKAN KRITIS TRANSFORMATIF Ikatan Pelajar Muhammadiyah



Strategi perjuangan yang dimaksud di sini merupakan gerakan-gerakan riil yang sesuai dengan basisnya. Harapannya, strategi gerakan ini menjadi pintu pembuka agar nilai-nilai yang ada dalam IPM bisa segera dijalankan oleh para pelajar di tingkat sekolah. Dengan strategi ini, IPM bisa menanamkan nilai-nilai perjuanganya kepada para kader dan anggotannya.
Strategi itu antara lain adalah strategi gerakan keislaman, strategi gerakan kader, strategi gerakan intelektual, strategi gerakan budaya, strategi gerakan kewirausahaan, dan strategi gerakan kemasyarakatan. Berikut ini akan dijelaskan secara konkrit.

 
1.      STRATEGI GERAKAN KEISLAMAN
IPM adalah gerakan Islam yang menegakkan nilai-nilai tauhid di muka bumi ini. Nilai-nilai tauhid yang telah diperjuangan oleh para nabi sejak Nabi Adam AS hingga Muhammad SAW. Tauhid yang berisi ajaran amar ma’ruf (humanisasi dan emansipasi), nahi munkar (liberasi/pembebasan) dan tu’minuna billah spiritualisasi). Tiga nilai itulah yang menjadi dasar bagi IPM untuk menjadikan Islam sebagai agama yang transformatif, agama yang transformatif, agama yang kritis terhadap realitas sosial, pro-perubahan, anti-ketidakadilan,  anti penindasan, anti-pembodohan serta memihak pada nilai-nilai kemanusiaan. Singkatnya, itulah yang dinamakan Islam transformatif yang menjadi cara pandang IPM dalam berjuang dan harus tertanam kuat pada setiap diri kader IPM.
Untuk mewujudkan IPM menjadi gerakan kritis, maka strategi keislaman yang harus kita bangun adalah Islam yang dinamis. Intelegensi Islam transformatif dalam diri kader dan gerakan menjadi syarat mutlak. Semakin kader memahami apa itu Islam transformatif, maka semakin radikal (mendalam) pula pemahaman mereka dalam merealisasikan gerakan kritis IPM di ranah perjuangan. Selama kader-kader kita belum memahami apa itu Islam transformatif, maka selama itu pula gerakan kritis IPM akan mengalami stagnasi. Karena pemahaman Islam transformatif merupakan dari bagi terbangunnya ideologi gerakan kritis IPM. Untuk membentuk ideologi tersebut diperlukan beberapa tahap:
a.       Membangun tradisi pengkajian Islam berparadigma kritis transformatif.
b.      Mendistribusikan wacana Islam transformatif secara massif di internal kader di seluruh struktur.
c.      Membuat public share (ruang publik) sebagai forum  dialektika pengetahuan, pemahaman, praktek keberislaman transformatif antar kaderbaik dalam bentuk pengajian, diskusi rutin, atau di ruang maya (internet).

2.      STRATEGI GERAKAN KADER
IPM adalah gerakan kader. Maka kaderisasi merupakan tugas utama IPM dan juga sebagai media internalisasi nilai-nilai gerakan pada setiap kader. Tanpa adanya kaderisasi, maka menjadi faktor utama lemahnya gerakan. Denga adanya kaderisasi yang disiplin, sistematik, dan berorientasi futuristik diharapkan mampu menjawab tantangan zaman yang semakin kompleks. Dalam kaderisasi yang ideal inilah nilai-nilai ajaran Islam kritis transformatif dapat terus ditanamkan. Untuk merealisasikan tujuan ideal di atas maka dibutuhkan strategi gerakan, yaitu:
a.       Disiplin menerapkan pengkaderan dalam setiap tingkatan.
b.      Memperbanyak aktifitas-aktifitas perkaderan, baik yang bersifat formal maupun informal.
c.       Melakukan pendampingan intensif terhadap kader-kader.
d.      Memberi wadah aktualisasi potensi bagi para kader sesui dengan minat dan bakat.

3.      STRATEGI GERAKAN INTELEKTUAL
Karakter intelektual mempunyai ciri berfikir dan bertindak secara ilmu-iman-amal, iman-ilmu-amal, amal-ilmu-iman secara dialektis. Tidak memandang remeh salah satu diantara ketiga dimensi tersebut (ilmu-iman-amal), tetapi memandang ketiganya sebagai satu kesatuan yang saling melengkapi dan harus dimiliki oleh setiap kader. Kader yang mampu mendialektikan ketiga dimensi itu dalam ranah perjuangan dapat kita sebut sebagai intelektual kritis transformatif. Yaitu kader yang bukan hanya pandai berteori atau shaleh ritual atau melakukan kerja-kerja teknis organisatoris, tapi kader yang mempunyai wacana pemikiran radikal (mendalam), juga shaleh sosial dan partisipasi aktif mewujudkan perubahan sosial. Kader-kader yang mempunyai ciri-ciri seperti inilah yang nantinya mampu menjadi pelopor gerakan kritis-transformatif.
Untuk mewujudkan kader yang mempunyai ciri intelektual kritis-transformatif, maka IPM memerlukan sebuah strategi intelektual. Strategi intelektual ini dapat kita wujudkan dengan berbagai cara, antara lain:
a.         Mentradisikan membaca sebagai aktifitas wajib belajar.
b.         Melatih berfikir filosofis atau radikal (mendalam)
c.         Menulis sebagai media untuk menuangkan ide-ide yang ada di dalam pikiran.
d.        Membuat ruang dialektika, diskusi, dan sharing sebagai media berlatih berfikir dan bertindak kritis.
e.         Merealisasikan pemikiran dalam sebuah tindakan serta merefleksikannya sebagai langkah untuk menteorisasikan kembali pengalamn-pengalaman lapangan yang diperolehnya.
Denga menerjemahkan strategi itu, maka niscaya tradisi intelektual kritis di lingkungan IPM akan terbangun. Tradisi intelektual kritis inilah yang akan mempercepat terwujudnya pelajar yang cinta akan ilmu.

4.      STRATEGI GERAKAN BUDAYA
Sebagai gerakan pelajar, IPM pun harus mampu membangun tradisi kebudayaan yang kritis-transformatif. Budaya kritis-transformatif adalah budaya yang disemangati oleh nilai-nilai amar ma’ruf, nahi munkar, dan tu’minuna billah. Budaya terbentuk dari tiga unsur; 1) Sistem ide, gagasan, dan pemikiran 2) Sistem tindakan dan 3) Sistem artefak. Ketiga unsur itu merupakan satu kesatuan dan kesatuan itu harus merepresentasikan nilai-nilai transformatif.
Seni merupakan jenis budaya yang cukup strategis untuk dikembangkan di kalangan pelajar serta dijadikan sebagai alatperjuangan bagi IPM. Seni yang mampu membangun kritisme terhadap realitas sosial, menyuarakan kepedihan penindasan dan ketidakadilan, membangun semangat perlawanan terhadap kedhaliman, serta seni yang mampu menghadirkan Tuhan yang berjuang bersama untuk menegakkan nilai-nilai kemanusiaan. Nilai-nilai seni tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk karya lagu, puisi,cerpen, novel, drama teater, lukisan, poster, kaos, karikatur, monolog dan sebagainya yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai keislaman.
Untuk mewujudkan seni yang kritis dibutuhkan kader-kader yang secara serius mengelutinya. Mereka inilah yang nantinya bertanggungjawab membangun counter culture terhadap hegemoni budaya kapitalis. Membuat genre baru tentang kebudayaan yang kritis. Tapi yang menjadi perhatian kita adalah, bahwa selama ini kita belum mampu memproduksi artefak-artefak seni budaya yang dikenal dan cukup mempengaruhi masyarakat atau bahkan gerakan kita sendiri. Karena itu, strategi budaya yang dapat kita lakukan adalah:
a.       Mmebangun komunitas seni-budaya yang bernuansa kritis.
b.    Memproduksi artefak-artefak seni dan budaya dalam berbagai hal (lagu, puisi, cerpen, karikatur, lukisan, kaos, poster, pin, sticker,dll) yang isinya bermuatan nilai-nilai kritis.
c.       Mendistribusikan bentuk-bentuk seni dan budaya lokal secara massif di kalangan pelajar.
d.      Apresiasi terhadap artefak-artefak tersebut baik untuk kader-kader kita maupun orang lain.
Dengan melakukan tiga hal itu insya Allah kita akan mampu membangun subkultur baru ala IPM yang kritis mencerahkan.

5.      STRATEGI GERAKAN KEWIRAUSAHAAN
Salah satu bentuk dari kemandirian gerakan IPM adalah adanya keterampiulan pada bidang tertentu. Hal ini sebagai bekal kader IPM ke depan maupun organisasi IPM itu sendiri. Dengan bekal kemandirian inilah, IPM mampu mencetak kader yang memiliki bekal mandiri di hidupnya yang akan datang. Kemandirian itu diwujudkan dalam bidang kewirausahaan.Kita masih ingat, kelahiran Muhammadiyah karena para pedagang yang sukses. KHA Dahlan pun seorang pedagan. Karena itu, sejak dibangku sekolah, IPM harus mencetak para kader yang memiliki kemndirian dalam hidup.
Karena itu, ada beberapa strategi yang harus dicapai dalam strategi gerakan kewirausahaan ini:
a.       Menghidupkan dan menumbuhkembangkan koperasi sekolah yang dikelola oleh siswa/IPM ranting sekolah.
b.    Mengadakan forum-forum diskusi tentang dunia kewirausahaan sebagai bekal dan modal dalam berusaha di masa yang akan datang.
c.       Melakukan kunjungan-kunjungan ke pusat-pusat pemberdayaan ekonomi, agar para siswa mampu belajar kepada perusahaan-perusahaan tersebut.

6.      STRATEGI GERAKAN KEMASYARAKATAN
Sebagai salah satu gerakan sosial, IPM bercita-cita mengangkat harkat dan martabat manusia (khususnya pelajar) dalam kondisi yang lebih manusiawi, adil, damai, dan sejahtera. Apabila ada dehumanisasi, ketidakadilan, diskriminasi, penindasan, dan pembodohan. IPM akan bersuara lantang dan maju ke depan untuk melakukan perubahan, baik itu dengan penyadaran, pendampingan, pemberdayaan, maupun perlawanan.
Realitas kedhaliman di bumi ini semakin hari semakin canggih dan tidak kita sadari kehadirannya. Karena itu, IPM harus kritis dalam membaca segala bentuk kedhaliman dalam realitas ini. Bagaiman agar IPM kritis terhadap realitas?
a.     Terlibat aktif bersama rakyat dalam pergulatan sosial untuk menemukan problem sosial.
b.   Mampu membaca dan mengenali stakeholders (pihak-pihak yang terkait dalam masyarakat) sehingga IPM bisa memetakan posisinya.
c.  Dapat menjelaskan relasi/ hubungan yang terjadi dalam stekeholders dan realitas sosial tersebut, apakah ada yang dirugikan atau ada yang diuntungkan? Ada yang ditindas-ada yang menindas? Kalau relasi timpang itu terjadi apa yang harus dilakukan IPM?
d.  Melakukan pendidikan politik bagi pelajar secara massif, khususnya tentang apa itu negara apa tujuannya, serta relasinya dengan rakyat dalam perbincangan politik.
e.      Merespon wacan-wacana politik kontemporer dalam perspektif politik advokatif.
f.       Melakukan aksi-aksi advokatif untuk memperjuangkan kepentingan rakyat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar